NAMA :
DEWI NURJANAH
NPM :
21215791
KELAS :
1EB20
MATERI :
PEREKONOMIAN INDONESIA
Indonesia adalah sebuah
negara yang memiliki potensi ekonomi tinggi; potensi yang mulai diperhatikan
dunia internasional. Indonesia - negara dengan ekonomi paling besar di Asia
Tenggara - sering disebut sebagai calon layak untuk menjadi salah satu anggota
negara-negara BRIC (Brasilia, Rusia, India dan Cina) karena ekonominya dengan
cepat menunjukkan tanda-tanda perkembangan yang sama dengan anggota lain
tersebut.
Perekonomian
Indonesia melambat dalam beberapa tahun terakhir seiring dengan menurunnya
harga-harga ekspor komoditi utama, akibat melemahnya tuntutan dari Cina dan
pasar-pasar utama lainnya.
Ekspor tidak
banyak berubah pada 2014, sedangkan ketidakpastian politik juga membuat
investasi asing menahan diri karena banyak perusahaan yang ingin melihat hasil
pemilihan presiden.
Berikut
Penjelasan tentang keadaan perekonomian 5 tahun terakhir dimulai dari tahun
2011
Perekonomian Indonesia pada
tahun 2011 menunjukkan daya tahan yang kuat di tengah meningkatnya
ketidakpastian ekonomi global, tercermin pada kinerja pertumbuhan yang bahkan
lebih baik dan kestabilan makroekonomi yang tetap terjaga. Pertumbuhan ekonomi
Indonesia mencapai 6,5%, angka tertinggi dalam sepuluh tahun terakhir, disertai
dengan pencapaian inflasi pada level yang rendah sebesar 3,79%. Peningkatan
kinerja tersebut disertai dengan perbaikan kualitas pertumbuhan yang tercermin
dari tingginya peran investasi dan ekspor sebagai sumber pertumbuhan, penurunan
tingkat pengangguran dan kemiskinan, serta pemerataan pertumbuhan ekonomi
antardaerah yang semakin membaik.
Prospek ekonomi Indonesia
tahun 2012 diprakirakan masih tetap kuat, meskipun risiko yang berasal dari
pelemahan ekonomi global masih tinggi. Perekonomian nasional pada tahun 2012
diprakirakan tumbuh 6,3% - 6,7% dan infl asi diprakirakan dapat berada di
kisaran sasaran 4,5% ± 1%. Pertumbuhan ekonomi terutama bersumber dari
perekonomian domestik dengan peran investasi yang semakin meningkat. Pasar
domestik yang besar, terjaganya stabilitas makroekonomi, suku bunga yang
rendah, perbaikan iklim investasi, dan status investment grade merupakan faktor
pendorong tingginya pertumbuhan investasi ke depan. Sejalan dengan itu, arus
modal masuk FDI diperkirakan akan meningkat lebih tinggi sehingga surplus NPI
akan tetap besar. Kondisi ini mendukung tercapainya stabilitas nilai tukar
rupiah dalam menghadapi risiko tingginya gejolak arus modal. Meskipun demikian,
risiko pelemahan ekonomi global dapat menyebabkan pertumbuhan ekonomi Indonesia
cenderung ke batas bawah kisaran prakiraan apabila tidak ditempuh
langkah-langkah stimulus baik dari sisi moneter maupun fiskal. Sementara itu,
rencana kebijakan Pemerintah terkait dengan BBM bersubsidi dan komoditas
strategis lainnya dapat memberikan tekanan ke atas terhadap perkembangan
inflasi kedepan.
Tahun
2012
Untuk menghadapi tahun 2012 ini Presiden
instruksikan jajaran pemerintah untuk menjaga sektor riil di tengah situasi
krisis global dan melemahnya volume ekspor Indonesia ke luar negeri. Sektor
riil dikatakan dapat menjadi penopang utama perekonomian Indonesia. Sektor riil
yang bagus mencegah dampak pemutusan hubungan kerja. Belanja modal dan belanja
barang pada tahun anggaran 2011 harus lebih dioptimalkan, belanja pemerintah
dapat turut membuat perekonomian di Indonesia berjalan.Saat
ini, realisasi belanja pemerintah hingga 30 November ini mencapai 71 persen.
Pertumbuhan
ekonomi Indonesia tahun 2012 diperkirakan akan melaju pada kisaran 6,3 persen –
6,7 persen. Namun bila tiga penyakit bangsa bisa diatasi seperti korupsi,
inefisiensi birokrasi dan soal infrastruktur, pertumbuhan ekonomi Indonesia
bisa lebih tinggi lagi,” kata Ketua Komite Ekonomi Indonesia (KEN) Chairul
Tanjung.
Selama ini pertumbuhan ekonomi
nasional banyak ditopang oleh hasil sumber daya alam dan konsumsi domestik.
Sementara pembangunan infrastruktur di Indonesia masih jauh tertinggal.
Sebelum mengatakan
perekonomian Indonesia akan cerah pada tahun 2012 pemerintah sebaiknya melihat
kembali bagaimana kinerja mereka. Misalnya dalam hal kemiskinan absolut turun
(tapi jumlah penduduk miskin dan hampir miskin bertambah), pengganguran menurun
namun proporsi pekerja sektor informal terus bertambah, dan ketimpangan
pendapatan semakin menganga (Pada 2010 ratio mencapai 0,38, rekor tertinggi
dalam periode modernisasi ekonomi Indonesia).
Meskipun pemerintah
mengklaim bahwa ekonomi kita sekarang ini sudah menuju modernisasi, sebenarnya
dalam banyak hal ekonomi nasional masih primitif. Kegiatan ekonomi (ekspor
misalnya) banyak bertumpu pada komoditas bahan mentah sehingga tidak hanya
kehilangan kesempatan menciptakan nilai tambah, tetapi juga kesulitan
menciptakan lapangan kerja. Kasus kelapa sawit misalnya kurang lebih hanya
diolah untuk membuat 40 jenis komoditas olahan. Padahal, Malaysia sudah
mencapai seratus jenis. Itu juga terjadi pada kasus di subsektor perikanan,
pertanian, kehutanan, pertambangan, dan lain sebagainya.
Tahun
2013
Pertumbuhan
ekonomi Indonesia terus turun. Setelah mencapai pertumbuhan ekonomi 6,5 persen
pada 2011, dan 6,23 persen pada 2012, pertumbuhan ekonomi 2013 berada dibawah 6
persen.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang 2013 sebesar hanya 5,78 persen. Angka tersebut turun dibandingkan sepanjang 2013 sebesar 6,23 persen.
Kepala BPS Suryamin memaparkan, pertumbuhan ekonomi di kuartal IV-2013 sebesar 5,72 persen, atau mengalami penurunan 1,42 persen dibanding kuartal III-2013. "Triwulan empat ini dari pengalaman selalu lebih rendah dibanding triwulan tiga setiap tahunnya," kata Suryamin, di Kantor BPS, Rabu (5/2/2014).
Kendati mengalami penurunan, Suryamin mengatakan ekspor pada triwulan IV-2013 menunjukkan pertumbuhan yang signifikan. Hal ini disebabkan negara-negara yang tadinya terdampak krisis global seperti China dan Amerika Serikat mulai pulih. Bakan pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat yang tadinya diprediksikan hanya 1,6 persen, realisasinya 1,9 persen.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang 2013 sebesar hanya 5,78 persen. Angka tersebut turun dibandingkan sepanjang 2013 sebesar 6,23 persen.
Kepala BPS Suryamin memaparkan, pertumbuhan ekonomi di kuartal IV-2013 sebesar 5,72 persen, atau mengalami penurunan 1,42 persen dibanding kuartal III-2013. "Triwulan empat ini dari pengalaman selalu lebih rendah dibanding triwulan tiga setiap tahunnya," kata Suryamin, di Kantor BPS, Rabu (5/2/2014).
Kendati mengalami penurunan, Suryamin mengatakan ekspor pada triwulan IV-2013 menunjukkan pertumbuhan yang signifikan. Hal ini disebabkan negara-negara yang tadinya terdampak krisis global seperti China dan Amerika Serikat mulai pulih. Bakan pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat yang tadinya diprediksikan hanya 1,6 persen, realisasinya 1,9 persen.
pertumbuhan terjadi di semua sektor ekonomi dengan
pertumbuhan tertinggi di sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 10,19
persen, dengan nilai Rp 292,4 triliun. Berturut-turut disusul sektor keuangan,
real estate dan jasa perusahaan dengan pertumbuhan 7,56 persen, dengan nilai Rp
272,1 triliun. Sektor ketiga yang mengalami pertumbuhan signifikan adalah
konstruksi, di mana mencatat pertumbuhan 6,57 persen dengan nilai Rp 182,1
triliun. Sementara itu pertumbuhan sektor pertambangan dan penggalian
tercatat paling kecil sebesar 1,34 persen dengan nilai Rp 195,7 triliun.
Tahun
2014
Tahun 2014 menjadi tahun yang penuh tantangan bagi
perekonomian Indonesia. Kondisi ekonomi global tidak secerah prakiraan semula.
Pemulihan memang terus berlangsung di berbagai ekonomi utama dunia, namun
dengan kecepatan yang tidak sesuai dengan harapan dan tidak merata. Harga
komoditas dunia pun terus melemah karena permintaan belum cukup kuat, khususnya
dari Tiongkok. Di sektor keuangan, ketidakpastian kebijakan the Fed telah
meningkatkan kerentanan dan volatilitas di pasar keuangan dunia. Sebagai negara
berkembang (emerging market), kita turut merasakan adanya pergeseran arus modal
asing keluar dari Indonesia. Selain itu, kita juga dapat mengamati adanya
divergensi kebijakan moneter di negara-negara maju. Berbeda dengan the Fed yang
berencana melakukan normalisasi kebijakan moneternya, bank sentral Jepang dan
Eropa masih perlu menempuh kebijakan moneter yang sangat akomodatif.
- Perekonomian Indonesia tahun 2014 yang diukur berdasarkan Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp 10 542,7 triliun dan PDB perkapita mencapai Rp41,8 juta atau US$3,531.5.
- Ekonomi Indonesia tahun 2014 tumbuh 5,02 persen melambat dibanding tahun 2013 sebesar 5,58 persen. Dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Lapangan Usaha Informasi dan Komunikasi sebesar 10,02 persen. Dari sisi pengeluaran pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Komponen Pengeluaran Konsumsi Lembaga Non Profit Rumah Tangga (LNPRT) sebesar 12,43 persen.
- Ekonomi Indonesia triwulan IV-2014 bila dibandingkan triwulan IV-2013 (y-on-y) tumbuh sebesar 5,01 persen melambat bila dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 5,61 persen.
- Ekonomi Indonesia triwulan IV-2014 mengalami kontraksi 2,06 persen bila dibandingkan triwulan sebelumnya (q-to-q). Dari sisi produksi, hal ini disebabkan oleh efek musiman pada lapangan usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan yang kontraksi 22,44 persen. Dari sisi pengeluaran disebabkan oleh penurunan Ekspor neto.
- Secara spasial, pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2014 didorong oleh aktivitas perekonomian di Pulau Jawa yang tumbuh 5,59 persen dan Pulau Sumatera sebesar 4,66 persen.
Perekonomian Indonesia tahun 2014
diprakirakan tumbuh sebesar 5,1%, melambat dibandingkan dengan 5,8% pada tahun
sebelumnya. Dari sisi eksternal, perlambatan tersebut terutama dipengaruhi oleh
ekspor yang menurun akibat turunnya permintaan dan harga komoditas global,
serta adanya kebijakan pembatasan ekspor mineral mentah. Meskipun ekspor secara
keseluruhan menurun, ekspor manufaktur cenderung membaik sejalan dengan
berlanjutnya pemulihan AS. Dari sisi permintaan domestik, perlambatan tersebut
didorong oleh terbatasnya konsumsi pemerintah seiring dengan program
penghematan anggaran.
Tahun 2015
Walaupun pertumbuhan ekonomi Indonesia
bergerak lebih lambat pada tahun 2014, terlihat optimisme bahwa pertumbuhan
tersebut akan rebound pada tahun 2015 meskipun kondisi ekonomi global
belum kondusif (dan membatasi kinerja ekspor Indonesia) serta lingkungan suku
bunga Indonesia yang masih tinggi.
Di dalam APBN-P Tahun 2015, pemerintah
Indonesia menargetkan pertumbuhan PDB 5.7 persen (t/t) meningkat dari
pertumbuhan angka 5.02 persen yang tercatat pada tahun 2014. Presiden Indonesia
Joko Widodo, yang resmi mulai menjabat pada bulan October 2014, optimis bahwa
target ambisius ini dapat dicapai walaupun lembaga internasional seperti Bank
Dunia dan International Monetary Fund (IMF) memproyeksikan pertumbuhan PDB
Indonesia masing-masing pada angka 5.2 persen dan 5.0 persen, pada tahun 2015.
Kedua institusi tersebut menilai rendah pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun
2015 akibat dampak negatif perekonomian global yang menyebabkan pembiayaan
eksternal yang lebih ketat dan dapat menimbulkan suku bunga nasional yang
tinggi, sehingga menambah tekanan terhadap bank, perusahaan lokal dan rumah
tangga untuk menyelesaikan utang, sekaligus menghambat kemampuan untuk
berinvestasi atau belanja. Sementara itu, Bank Indonesia memperkirakan bahwa
pertumbuhan ekonomi Indonesia akan berada pada kisaran 5.4 - 5.8 persen tahun
ini.
·
Pada pertengahan
Januari lalu, Bank Indonesia menetapkan
untuk mempertahankan BI Rate sebesar 7,75%, dengan suku bunga Lending Facility
dan suku bunga Deposit Facility masing-masing tetap pada level 8,00% dan 5,75%.
Kemudikan dilakukan evaluasi menyeluruh terhadap perkembangan ekonomi Indonesia
di 2014 dan prospek ekonomi 2015 dan 2016 yang menunjukkan bahwa kebijakan
tersebut masih konsisten dengan upaya untuk mengarahkan inflasi menuju ke
sasaran 4±1% pada 2015 dan 2016, dan mendukung pengendalian defisit transaksi
berjalan ke tingkat yang lebih sehat.
·
Mengacu pada
evaluasi terhadap perekonomian di tahun lalu, di tahun ini Bank Indonesia
memperkirakan perekonomian Indonesia semakin baik, dengan pertumbuhan
ekonomi yang lebih tinggi dan stabilitas makroekonomi yang tetap terjaga,
ditopang oleh perbaikan ekonomi global dan semakin kuatnya reformasi struktural
dalam memperkuat fundamental ekonomi nasional.
Pada tahun 2015,
pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan lebih tinggi, yaitu tumbuh pada kisaran
5,4-5,8%. Berbeda dengan 2014, di samping tetap kuatnya konsumsi rumah tangga,
tingginya pertumbuhan ekonomi di 2015 juga akan didukung oleh ekspansi konsumsi
dan investasi pemerintah sejalan dengan peningkatan kapasitas fiskal untuk
mendukung kegiatan ekonomi produktif, termasuk pembangunan infrastruktur.
Dari Segi
Properti
Dan tidak
kalah seksinya jika membahas perkembangan ekonomi dari segi properti, seperti
psatnya pertumbuhan pusat perbelanjaan di JABODETABEK dan beberapa kota besar
seperti Bandung dan Surabaya. Berdasarkan riset Boston Consulting Group,
Indonesia saat ini memiliki 45 juta orang yang tergolong dalam kelas menengah
yang memiliki kebiasaan membelanjakan uangnya di luar kebutuhan utama, hal
inilah yang memicu pertumbuhan pusat perbelanjaan tersebut. Namun tidak
berhenti di pertumbuhan pusat perbelanjaan saja. Pertumbuhan positif pun
diperkirakan akan dialami semua bagian sektor seperti apartemen, perkantoran
komersial, hotel, maupun kawasan industri.
Dari Segi
Industri Petrokimia
Industri
petrokimia di Indonesia masih dalam tahap berkembang. Konsumsi per kapita saat
ini rendah dibandingkan dengan Negara lainnya di ASEAN. Meskipun permintaan
yang rendah, namun tingkat pertumbuhan yang terjadi tergolong sehat pada 5 – 8%
per tahun yang diperkirakan akan maju.
Dari Segi
Gas Alam
Indonesia
memproduksi sekitar 3 triliun kubik gas alam setiap tahunnya dan itu mengalami
pertumbuhan baik sekitar 2,5 – 3,0% setiap tahunnya. Gas alam menyumbang 25%
dari pasokan energy dalam negeri. Indonesia sendiri merupakan salah satu
eksportir terbesar gas alam cair di dunia. Permintaan domestik untuk gas alam
diperkirakan akan lebih besar dari pasokan domestic di tahun-tahun mendatang
karena produsen gas dapat menuntut harga yang lebih tinggi di pasar
internasional.
Tahun 2016
Pertumbuhan ekonomi Indonesia bakal semakin membaik
pada 2016 karena berbagai kebijakan Bank Indonesia yang lebih akomodatif
ketimbang dua tahun sebelumnya, kata Kepala Ekonom Bank Nasional Indonesia
(BNI) Ryan Kiryanto.
"Kebijakan
Bank Indonesia lebih akomodatif dan ruang penyesuaian BI rate terbuka walau
tetap menjaga kehati-hatian di tengah tingginya ketidakpastian global dalam
jangka pendek," katanya dalam Diskusi "Potensi dan Tantangan
Infrastruktur untuk Pertumbuhan Ekonomi" di Jakarta, Jumat (15/1) malam.
Hal itu,
ujarnya, terlihat dari keputusan BI untuk menurunkan BI rate 25 basis poin
menjadi 7,25 persen, berdasarkan hasil rapat Dewan Gubernur BI pada 13-14
Januari 2016.
Ia
optimistis kebijakan yang disambut positif oleh pasar itu pun akan dilakukan
dua sampai tiga kali lagi pada 2016 juga sebesar 25 poin. "Pengumuman itu
dikeluarkan hanya sekitar dua jam setelah pengeboman di kawasan Sarinah yang
hanya beberapa ratus meter dari Gedung BI. Ini menunjukkan BI memang akan
menurunkan BI rate apapun yang terjadi," kata dia.
Penurunan
suku bunga itu sejalan dengan keputusan Bank Indonesia yang menyatakan akan
menjaga stabilitas pertumbuhan ekonomi nasional. Selain itu, berbagai paket
kebijakan ekonomi yang sudah dikeluarkan pemerintah sejak 2015 juga
diperkirakan membawa dampak bagus bagi perekonomian.
Kebijakan-kebijakan
yang mempermudah investasi dan mempercepat pembangunan infrastruktur di
daerah-daerah dinila Ryan sebagai bentuk keseriusan pemerintahan akibat pertumbuhan
ekonomi pada 2015 hingga tiga kuartal berkisar 4,7 persen, menurun dibandingkan
dengan pada 2014 yang rata-rat menyentuh lima persen.
"Namun
kami yakin nilai kuartal keempat, yang belum diumumkan BPS, nilainya bisa 4,8
sampai 4,85 persen. Syukur-syukur bisa sampai lima persen," ujar dia.
Harapan
Harapannya
semoga perekonomian diindonesia ditahun ini yaitu harus lebih baik dari
tahun-tahun sebelumnya. Pemerintah harus mampu memecahkan permasalahan tentang
perekonommian yang sedan terjadi diindonesia dengan tujuan untuk menuju pada
kehidupan bangsa yang lebih baik lagi. Ada 2 permasalahan yang sudah tidak
asing lagi contohnya kemiskinan dan pengangguran, agar rakyat mamu eanfaatkan
potensi yang dimilik oleh negara. Jangan biarkan bangsa ini hidup di dalam
kesulitan yang berlarut, prinsipnya adalah membangun sebuah bangsa untuk masa
mendatang. Dan berharap semogga perekonomian diindonesia lebih makmur dan
sejahtera lagi karena jika perekonomian bangsa indonesia ini baik maka akan
terjadi kesetaraan perekonomian yang lebih baik pula, karena indonesia
memerlukan perekonomian yang kuat untuk bisa bersaing dari negara negara lain
di tengah arus globalisasi.
DAFTAR PUSTAKA
thanks yaaaaaa. kamu bauaikkkk dehhh
BalasHapusjos
BalasHapus