Rabu, 13 April 2016

Transportasi Konvensional dan Transportasi Online







Beberapa hari lalu media ramai dengan pemberitaan tentang kisruh antara transportasi konvensional vs transportasi berbasis aplikasi/online. Kemunculan transportasi berbasis aplikasi atau online di satu sisi disambut positif oleh kalangan konsumen namun disisi lain, kehadiran transportasi online juga memunculkan masalah. Tepatnya, aksi demonstrasi berujung aksi kerusuhan di beberapa titik di Jakarta berawal dari kekesalan supir konvensional yang telah menumpuk lama akibat merasa lahan pencarian nafkah mereka yang ‘direbut’ oleh transportasi online dan merasa diperlakukan tidak adil oleh pemerintah.
Pada perusahaan jasa layanan angkutan umum berbasis online, area operasi angkutan umum konvensional terbatas, tak sebebas pada  angkutan umum berbasis online. Tarif angkutan umum berbasis online menjadi jauh lebih murah dan mudah untuk didapatkan yang kemudian mengakibatkan masyarakat atau siapapun pasti lebih memilih transportasi online.
Mengapa fenomena ini terjadi? Sebenarnya, terjadi perbedaan cara pandang di kedua pihak. Di pihak pengemudi taksi konvensional, mereka merasa dirugikan.
1)      Taksi konvensional terdaftar secara resmi di dinas perhubungan, sehingga berhak mendapat plat kuning, tanda angkutan umum sedangkan taksi berbasis aplikasi menggunakan kendaraan biasa, yang bukan untuk angkutan umum.
2)      Dengan mereka resmi sebagai angkutan umum, mereka pun berkewajiban membayar pajak yang berbeda dengan pengguna plat hitam, plat kendaraan biasa, yang juga digunakan oleh taksi berbasis aplikasi.
3)      Taksi konvensional menggunakan metode menunggu penumpang, sedangkan taksi berbasis aplikasi menjemput penumpang.
4)      Perbedaan tarif, tarif taksi konvensional jika dibandingkan dengan tarif taksi berbasis aplikasi berbeda jauh.
5)      Adaptasi terhadap teknologi yang diambil peluangnya oleh pengguna taksi berbasis aplikasi, dan belum digarap dengan baik oleh pihak pengelola taksi konvensional.



Internet  sebagai jawaban atas kebutuhan masa kini hingga beberapa waktu ke depan. Perubahan sosial Menurut seorang Sosiolog, Mascionis, terdapat empat karakter utama perubahan social:
1)      Perubahan sosial terjadi sepanjang waktu.
Pada zaman dulu transportasi yang umum yang banyak dipakai oleh masyarakat adalah delman dan becak, kemudian berkembang dengan adanya bajaj, angkutan umum dan bus kota. Lalu masyarakat mencari satu transportasi yang lebih nyaman, maka muncullah taksi. Dan pada saat ini masyarakat lebih mementingkan kecepatan seiring dengan kemacetan yang terjadi di Ibu kota, maka muncullah transportasi berbasis online sesuaai dengan kebuttuhan masyarakat.
2)      Perubahan sosial terkadang dapat diketahui, namun seringkali tidak direncanakan.
Munculnya transportasi berbasis online sudah dapat diprediksi dengan semakin meningkatnya penggunaan internet di indonesia dan semua perubahan ini tidak ada rencana
3)      Perubahan sosial selalu kontroversial.
Kasus ini menimbulkan pro dan kontra di dalam kalangan banyak kalangan yang mendukung adanya transportasi online dan ada juga yang tidak menndukung.
4)      Suatu perubahan sosial lebih menonjol dibanding yang lainnya.
Pada kasus ini perubahan sosial dibidang transportasi lebih terlihat jelas. Karena adanya perubahan teknologi dan komunikasi yang akan membuat banyak dampak didalam transportasi.


Harus bertindak secara bijak jika ingin mencri pihak yang salah. Jika ada  pihak yang disalahkan maka semua pihak pantas untuk disalahkan. Mengapa semua pihak?
  • ·         Pihak transportasi konvensional salah, karena tbelum bisa tanggap pada perubahan zaman.
  • ·         Pihak penyedia transportasi berbasis online juga salah, karena tidak mengikuti peraturan yang sudah berlaku, karena mereka tidak menyamakan tarif harga dengan pesaing yang sudah lama beroperasi.
  • ·         Pemerintah pun juga salah, karena belum tanggap dalam melihat fenomena yang akan terjadi di masyarakat.


Jadi solusinya dari kesalahan semua pihak ini adalah, pihak transportasi konvensional harus lebih tanggap terhadap perkembangan teknnologi yang terjadi di indonesia. Pihak penyedia transportasi berbasis online juga jangan menetapkan harga jauh dibawah harga yang usdah ada. Pemerintah juga seharusnya membuat peraturan yang efisien agar persaingan menjadi sehat.



Sumber :

http://bontang.prokal.co/read/news/4228-ricuh-transportasi-online-vs-transportasi-konvensional.html
http://www.kompasiana.com/famajiid/taksi-konvensional-vs-online-fenomena-perubahan-sosial_56f147a78f7a6182090c8281

Tidak ada komentar:

Posting Komentar